Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Bali Kites Festival

Bali Kites Festival tahun 2010 diselenggarakan selama 2 hari yaitu dari tanggal 24 s/d 25 Juli 2010 di Pantai Padanggalak Denpasar. Festival sekaligus perlombaan ini seakan menjadi ajang wajib bagi mayoritas banjar di seputaran Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar dan bahkan tahun ini ada peserta yang berasal dari Karangasem. Yah, di Bali layangan merupakan suatu permainan semua generasi yang juga digunakan sebagai komoditi budaya dan religi. Layangan di Bali dipercaya sebagai simbolisasi Sang Hyang Rare Angon yang berjasa dalam mensukseskan panen para petani. Sang Hyang Rare Angon ini disimbolkan dalam rupa seorang anak kecil yang bermain suling diatas punggung kerbau (mirip tokoh Khrisna kecil). Dahulu layangan sering dimainkan oleh petani dan anak-anaknya sambil menjaga sawah mereka. Sekarang, dengan semakin sempitnya lahan terbuka di Denpasar, layangan sering dimainkan di gang-gang dan lantai 2 rumah masing-masing. Seperti tahun-tahun sebelumnya, lomba layangan kali ini ini juga diba

Peninsula Nusa Dua

Sabtu 17 Juli 2010, seperti biasa alarm handphoneku berbunyi tepat jam 5.30. Tidak biasanya alarm handphone berbunyi di hari sabtu. Kalau berbunyi berarti sabtu ini berbeda dengan sabtu biasanya. Memang hari itu aku ada rencana sama teman-teman kantor untuk jalan-jalan sambil ambil foto di daerah Peninsula Nusa Dua. Tapi, sudah rela berkorban bangun pagi-pagi, mobil avanza biru dengan penumpang Deli dan Uva serta driver Aditya baru muncul di gerbang rumahku pukul 8.00. Dengan menyimpan sejuta perasaan kecewa (lebaai mode on)berangkatlah kita ke Nusa Dua... So, nikmati hasil jeprat-jepret di daerah Peninsula Nusa Dua. Dari kiri ke kanan: Uva, Aditya, Deli. Meskipun kita semua anak Bali, dua orang diantara mereka mengaku belum pernah ke Nusa Dua. Maklum mereka besar di kota metropolitan. Eh berdasarkan buku, di tempat ini Dang Hyang Nirartha melanjutkan karya sastranya yang berjudul Dwijendra Tatwa. Si Deli lagi ketawa ketika aku buat joke kecil di depannya. Ternyata trik jitu untuk dapa

Exotic Denpasar

Sore itu aku baru pulang kerja...Hmmm, ga biasanya pulang sesore ini. Jam tangan alba yg menempel di pergelangan tangan kiri masih menunjukkan pukul 18.00. Segera mandi dan ganti baju, akhirnya aku meluncur menelusuri jalan Gajah Mada. Kawasan yang kata ibuku dulu merupakan tempat yang paling sering didatangi sama kakyang (kakek) dan ibu untuk beli baju baru.... Memang pusat ekonomi Denpasar dulu ada di sepanjang jalan ini karena merupakan akses utama menuju pasar terbesar di Bali yaitu Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Sekarang dengan banyaknya mall dan pusat2 perbelanjaan, kawasan ini mulai ditinggalkan dan oleh Pemerintah Kota dijadikan kawasan heritage (cagar budaya). Tapi bagiku taksu kawasan ini ga hilang.Memang Gajah Mada dengan Pasar Badung dan Kumbasari bukan lagi jadi pusat ekonomi, melainkan aset budaya yang sangat menarik untuk didokumentasikan dalam lensa. Salah satu sudut di Jalan Gajah Mada tepatnya di perempatan lampu merah. Dari titik ini, jika kita mengarah ke utara a

Kabupaten Jembrana vs New York USA

Yap betul, sebuah kabupaten kecil di Bali bertarung dengan kota besar yang hidup 24 jam nan jauh disana, New York USA. Bukan bertarung dalam Piala Dunia atau Olimpiade, tapi di Pesta Kesenian Bali XXXII tepatnya di Festival Gong Kebyar... Sekeha (kelompok) Gong Kebyar dari Kab. Jembrana sedang beraksi... Rata2 dari mereka masih muda dan duduk di bangku SMA. Sekeha (kelompok) Gong Kebyar dari New York USA sedang beraksi... Kelompok mereka campuran antara personil Bali - USA dan campuran pria-wanita. Anak kecil yang beraksi dalam fragmentari Kab. Jembrana, begitu energik dan penguasaan panggung yang memukau. Fragmentari yang memukau duta dari New York, dengan lakon Dewi Uma yang berubah jadi Dewi Durgha... Persahabatan antar 2 bangsa yang bisa dijalin melalui kesenian... Keren ya...

Omed-Omedan

Seru banget sewaktu hunting foto omed-omedan di Sesetan. Mulai dari cari lokasi motret (ngaku jadi mahasiswa ISI, biar dapet posisi bagus), sampe berkelit dari siraman air dan hampir jatuh dari venue fotografer. Semua itu demi mendokumentasikan ajang budaya tahunan, omed-omedan... Peserta Omed-omedan yang kaget ngeliat pria yang akan menjadi pasangannya... Ekspresinya dapet ya... Akhirnya beradu juga, hehehe... Sayang anak muda dari luar Banjar Kaja ga bole ikut.. Pas mereka bergulat, panggung fotografer sudah mengeluarkan bunyi "kriak" tanda mau roboh, tapi untung ga kejadian. Biar seru, sebelum beraksi para peserta disiram dulu... hehe... Jadi ceritanya, tradisi omed-omedan ini bermula dari sepasang babi yang sedang bergulat asmara di wilayah Banjar Kaja. Sejak itu musibah penyakit yang melanda seketika hilang. Dan akhirnya petinggi Banjar Kaja pun diundang untuk beraksi di tradisi omed-omedan...

Pesta Kesenian Bali

Jujur saja, Pesta Kesenian Bali selalu menjadi agenda tahunan yang kutunggu-tunggu. Banyak hal yang bisa digali di event ini, mulai dari seni yang hampir susah ditemui hingga kesenian kontemporer karya seniman muda dengan pergaulan globalnya... Berikut jejak-jejak PKB 32 yang terekam dalam kamera Canon EOS 1000D saya. Salah satu hasil karya kuliner para gadis dan ibu-ibu dari seluruh kabupaten/kota se-Bali di hari kedua PKB tahun ini. Jejeran wayang kulit yang ditawarkan pada pengunjung di salah satu sudut taman budaya. Harganya berkisar antara 30.000 s/d 70.000 tergantung besar kecilnya wayang. Pagelaran Nyastra yang sarat petuah, tapi seret penonton...Penontonnya lebih banyak belanja diluar stage wantilan yang jadi tempat penyelenggaraan Nyastra ini... Pentas Drama Gong di stage elite Ksirarnawa, tetep sepi pengunjung. Kali ini mengangkat tema Manik Angkeran duta Kabupaten Tabanan. Sambil nunggu pentas kendang mebarung dari Jembrana, anak-anak ini mengekspresikan jiwa seninya dengan