Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Antara Tradisi dan Adaptasi Musik Bali

Jujur saja, kesenangan memotret sedikit tidaknya memberikan perubahan pada saya. Obsesi memiliki kamera DSLR sejak 4 tahun lalu baru bisa terwujud 2 tahun lalu ketika mendapatkan bonus pertama, hahaha...Dan bisa ditebak, mulai 2 tahun itu pula selalu saya sempatkan diri untuk mengeksplorasi kemampuan memotret mulai dari mencari objek sederhana yang ada di lingkungan sekitar, sampai dengan sengaja datang ke suatu event khusus untuk memotret peristiwa-peristiwa panggung yang selalu menarik bagi saya. Perubahan yang paling saya rasakan adalah saya menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal yang saya temui. Seperti saya dipaksa tidak hanya melihat sesuatu hal dari satu sudut pandang. Ya, simplenya saya menjadi terbiasa melihat sesuatu hal dari mata biasa dan mata kamera. Mata kamera seakan memaksa otak saya lebih peka untuk mencari sebanyaknya informasi mengenai objek yang saya bidik, tentunya dengan lebih detail. Kebetulan objek memotret favorit saya adalah foto panggung, khususnya musik. Da

Sanur Village Festival, Pesta Tradisi Bercitarasa Internasional

Tanggal 18 s/d 22 November kemarin begitu spesial bagi warga Kota Denpasar karena di pesisir pantai Sanur diadakan sebuah event yang penyelenggaraannya memasuki tahun ke-6, apalagi kalau bukan Sanur Village Festival (SVF) atau biasa disingkat Sanfest. Lebih spesial lagi, karena di event yang sama bergabung pula sebuah event berskala nasional yaitu Pekan Flora dan Flori Nasional (PF2N) yang merupakan pameran produk hortikultura unggulan dari tiap-tiap propinsi di Indonesia. Hal spesial lainnya adalah dipindahnya lokasi penyelenggaraan event dari yang sebelumnya di areal Inna Grand Bali Beach Hotel, ke arah utara yaitu di pinggir pantai Matahari Terbit dengan areal yang jauh lebih luas yaitu 9 hektar. Materi festival sebenarnya tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya dimana ada performance dari musisi tradisional dan modern di main stage, kuliner, village cycling, lomba dan pameran foto, parade budaya, coral plantation, yoga dan beberapa kegiatan lainnya. Tiap hari ribuan pengunjung m

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang