Langsung ke konten utama

Menerabas Hutan Sepanjang Kintamani-Besakih

Di penghujung november tepatnya tanggal 30 lalu, saya dan beberapa kawan kantor mencoba wisata petualangan dan menguji adrenalin, offroad 4x4 tepatnya. Ini bukan kali pertama saya mencoba olahraga extreme ini, tetapi bisa dikatakan inilah rute offroad terjauh yang pernah saya lalui.


Pukul 9 tepat kami start dari sebuah tempat bernama Kayu Amba didaerah Kintamani Bangli. Kali ini, saya dan 5 orang kawan kantor terbagi dalam 3 mobil yang masing2 diisi oleh 2 orang, satu driver dan 1 lagi navigator. Pengawal yang mengikuti kami sebanyak 2 mobil offroader 4x4 berada didepan dan dibelakang rombongan kami. Kali ini saya berpartner dengan Angga, yang sebetulnya tergolong pegawai pimpinan di kantor. 1 jam pertama kesempatan saya berikan ke Angga untuk mengendalikan mobil di posisi driver. Sedangkan saya asyik dengan kamera Nikon milik salah satu teman kantor yang lagi2 merupakan pegawai pimpinan di kantor saya. Yak, betul sekali... Pada kesempatan offroad kali ini saya ditemani oleh rekan2 yang keseluruhan merupakan pegawai pimpinan di kantor saya.

Setelah merasa puas dan terlihat cukup lelah memegang posisi driver, kemudi akhirnya berada dibawah kendali saya. Kamera saya titipkan di Angga, dan mobil mulai saya laju dengan cukup kencang... wusssss, medan becek dan jalan sempit dikelilingi jurang saya lalui denga percaya diri, hehe... Ketika mulai memasuki rute starting pendakian Gunung Abang, saya teringat memori ketika pernah mendaki gunung tersebut saat SMA dan kuliah. Entah kapan lagi ada kesempatan mendaki bersama teman2. Gunung Abang kami kitari dengan sesekali insiden kecil seperti mobil terjebak dalam lumpur ataupun tidak bisa melalui medan yang cukup menanjak. Sepanjang perjalanan kami melalui beberap desa dengan berbagai kebun beraneka buah dan sayur. Udara terasa segar komplit dengan pemandangan yang indah. Sangat kontras dengan suasana penuh sesak perkotaan. Sesekali diskusi kecil saya dengan Angga menyayangkan potensi luar biasa ini belum banyak tersentuh industri pariwisata. Kami sepakat bahwa pariwisata di Bali belum tersebar secara merata, terlalu terkonsentrasi di Bali selatan.

Setelah 3,5 jam melalui perjalanan yang seru, menegangkan dan penuh sensasi akhirnya kami berhenti di sebuah restoran yang eksotis. Kami sepakat dengan kata eksotis diberikan untuk restoran ini karena posisinya yang tepat berada di lereng Gunung Agung dengan pemandangan terasering sawah dan sungai Telaga Waja yang berarus deras. Sungai ini berhulu di Gunung Agung dan saat ini sedang diusahakan oleh pemerintah kabupaten Karangasem untuk mengalirkan airnya ke wilayah Karangasem bagian timur yang kekurangan air bersih seperti Seraya dan lain-lain. Pipa2 besar memang mulai tampak bertebaran disepanjang sungai itu. Dan petualangan kali ini kami akhiri dengan kepuasan dan pengalaman yang berharga bahwa potensi pariwisata Bali tidak hanya berada di bagian selatan. Kawasan sepanjang Kintamani hingga Besakih dan lereng Gunung Agung juga tidak kalah eksotisnya. Jadi, persiapkan agenda liburan kawan-kawan untuk menikmati pengalaman seru di sepanjang daerah ini...

Komentar

Ajee Property mengatakan…
petualangan yang pasti memberikan inspirasi lebih daripada bermain di mall, saya suka permainan ini mendekatkan diri kepada alam menumbuhkan kecintaan akannya, mengkaitkan dengan konsep spiritual keseimbangan selalu dibutuhkan dalam setiap sisi kehidupan, begitu juga dengan aktifitas off road, keberanian, ketakutan muncul seimbang pada tempatnya.
Wayanyasa mengatakan…
bli made niki sedikit ucapan terima kasih dari tiang yg sudah menyisihkan waktunya untuk moto bareng lihat disini http://www.wayanyasa.com/2012/01/hunting-bersama-sahabat.html#more dan beberapa hasil foto malam itu di http://wayanyasaphotography.blogspot.com/ suksma ya bli ari..hee hee
Ruru Runarta mengatakan…
nyen to angga?pak angga ae?

Postingan populer dari blog ini

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban

Sedikit Kesan Mengenai Singapura

Yaaah, hari itu Jumat 28 September 2012 mungkin hari bersejarah buatku karena hari ini aku pertama kali melakukan perjalanan keluar Indonesia, ya... keluar negeri tepatnya ke negeri singa, tapi tidak ada binatang endemik singa disana, atau mungkin ada tapi sudah punah....Ya, Singapura... Terminal keberangkatan international Airport Ngurah Rai pun baru kali ini kujejakkan, setelah berpuluh2 kali airport ini kudatangi. Sedikit cemas, karena ketika orang lain liburan keluar negeri pertama kali mengajak rombongan atau pasangan, kali ini saya seorang diri walaupun nantinya di Singapura saya bertemu rekan2 kantor baru disana, ya kantor baru dengan orang2 yang mayoritas belum kukenal. Setelah proses yang semuanya baru kulewati, sampailah aku di Singapura. Kesan pertama biasa saja, termasuk ketika aku masuk terminal airport ini. Banyak orang mengatakan bagus atau mewah, bagiku biasa saja. Bukan termasuk sombong, tapi karena kemewahan bukan jadi interestku untuk memberikan kesan sebuah temp

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang