Waktu itu, saya kebetulan melewati pertigaan lampu merah menuju SMA saya dulu... Hmm, jadi teringat sewaktu SMA dulu.
SMA-ku termasuk SMA yg super ketat dibanding SMA yg lain. Salah satunya melarang siswanya menggunakan kendaraan bermotor untuk tujuan ke sekolah. Alasannya karena tradisi... Tapi alasan lainnya karena tidak ada lahan parkir. Saya termasuk salah satu diantara sekian banyak siswa SMA 3 yang melanggar aturan itu. Tercatat sudah beberapa kali dihukum, dan mungkin karena gejolak kawula muda waktu itu, naik motor tetap saya lakukan sampai akhirnya tamat. Terakhir, aku denger peraturan itu sudah tidak diberlakukan lagi di SMA 3, alias persada trisma.
Mungkin saya, termasuk juga kebanyakan orang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar, termasuk polusi yg meningkat, kemacetan dimana-mana, dan masalah lainnya. Disadari atau tidak peraturan yg diterapkan di sekolah saya dulu sebenarnya salah satu contoh yg patut diacungi jempol. Karena mempunyai sense of environment yg tinggi dan yang terpenting berkelanjutan alias sustainable (walaupun akhirnya peraturan itu dicabut). Berbeda dengan bentuk kepedulian lain yg berupa bersih-bersih lingkungan atau penanaman pohon yg hanya dilakukan pada saat itu juga, tanpa peduli apakah di kemudian hari masih tetap membuang sampah di sungai atau tidak merawat tanaman yg telah ditanam. Anehnya, saya termasuk sebagian besar diantara kebanyakan orang yang sadar terkadang masih belum bisa mempraktekkan budaya yg peduli lingkungan, terutama peduli yg berkelanjutan.
Dan hari itu, di pertigaan lampu merah itu saya melihat bapak-bapak yg setia mengayuh sepedanya dibawah terik matahari. Dan seketika itu pula, kesadaran saya akan lingkungan menjadi bertambah. Semoga kesadaran lingkungan juga semakin meningkat pada diri masyarakat. Salah satunya dengan bersepeda, seperti tradisi di SMA saya dulu. Karena sepeda adalah "senyum penuh damai" kawanku...
Komentar