Langsung ke konten utama

Negara Boneka

Maaf kalau dalam tulisan kali ini saya banyak menyebutkan merk. Ini karena keprihatinan saya tentang negara kita, Indonesia. Keprihatinan yang cukup wajar karena merk-merk ini adalah produk-produk yang biasa kita gunakan sehari-hari.

Pernahkah teman-teman menyangka, kalau penjajahan sedang terjadi di Indonesia. Jangan berpikir tentang penjajahan selama 3,5 abad oleh Belanda atau 3,5 tahun oleh Jepang terhadap negara kita. Penjajahan gaya kolonialisme sudah bukan jamannya lagi. Model penjajahan masa kini adalah model ekonomi dan budaya. Dua sektor itu yang umumnya paling banyak digunakan.

Saat bangun pagi, biasanya kita akan mandi dan umumnya merk2 produk mulai dari sabun, shampoo dan pasta gigi tidak jauh2 dari brand Unilever.Brand yang sangat kuat positioningnya di negara kita ini berasal dari luar negeri, tepatnya di Eropa sana. Kemudian berangkat menggunakan motor atau mobil, bebas merknya dan rata2 itu buatan luar negeri juga.Mau  Honda, Suzuki, atau Yamaha, itu produk Jepang. Mau Hyundai atau Kia, buatan Korea. Mau Mercedez atau BMW, itu buatan Amerika dan Eropa...Jangan jauh2lah mobil negara tetangga kita, Malaysia mulai masuk Indonesia dengan merk Subarunya.

Kemudian kita tarik uang di ATM untuk isi dompet. Saat ini, bank-bank asing dengan mudahnya membeli bank-bank Indonesia karena mereka tahu market di negara kita sangat besar dengan jumlah penduduk sebanyak 250juta jiwa. Sebut saja, BII yang dimiliki Maybank Malaysia, NISP yang dimiliki OCBC Singapore, PermataBank yang dimiliki Standard Chartered Inggris, Niaga yang dimiliki CIMB Malaysia dan masih banyak bank-bank swasta lainnya yang dimiliki oleh asing. Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia seperti gak punya kekuatan apa2 untuk mengatur ini, sekedar mengeluarkan regulasi?tidak ada, atau mungkin ada tapi terlambat. Bank Mandiri yang ingin membukan kantor cabang di Malaysia atau Singapore konon membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membukan cabang disana karena terkendala regulasi dari bank sentral masing-masing negara.

Oke, setelah tarik uang, biasanya kita isi pulsa. Yah, skg komunikasi memang sangat penting. Baik handphone maupun operatornya, tidak terlepas juga dari cengkraman asing. Untuk handphone, paling ngetop iphone dari Amerika, Samsung dari Korea dan Blackberry dari Kanada serta puluhan merk China yang meramaikan pasar negara kita dengan harga murah. Untuk operator, XL sudah dimiliki group Axiata dari Malaysia, Indosat oleh Qatar.

Lanjut ke hal energi, mungkin paling miris. Kita mungkin diajarkan sedari kecil kalau negara kita sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Tetapi dengan pengelolaan yang kacau, jadilah negara kita yang besar ini mengimpor bbm dari Singapore, sebuah negara yang luasnya mungkin tidak sampai seluas Pulau Bali. Ini karena minimnya perhatian pemerintah kita untuk berinvestasi, baik SDM dan infrastruktur di bidang energy. Contohnya, gas yang diharapkan menjadi energi alternatif Indonesia, infrastruktur distribusinya sangat kurang. Gas yang seharusnya bisa dialirkan melalui pipa2 seperti air, Indonesia saat ini hanya mengandalkan tabung yang memiliki resiko sangat besar. Tidak heran kita banyak melihat kasus kebakaran tabung gas.

Ahh, miris memang kalau bercerita tentang negara kita. Memang dalam era globalisasi kita tidak bisa menutup diri dari pergaulan internasional. Saat ini Indonesia juga mengekspor beberapa produk ke sejumlah negara. Tetapi produk yang kita ekspor mayoritas merupakan bahan mentah yang dibutuhkan oleh negara2 lain untuk membuat produk2 jadi yang tidak sedikit kita impor lagi. Sebut saja bijih besi yang kita ekspor ke Jepang, kemudian mereka olah untuk dijadikan mobil dan kita impor. Dan masih banyak lagi..Tidak salah memang jika hari ini saya berpikir negara kita Indonesia, baru sebatas menjadi negara boneka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang...

Omed-Omedan

Seru banget sewaktu hunting foto omed-omedan di Sesetan. Mulai dari cari lokasi motret (ngaku jadi mahasiswa ISI, biar dapet posisi bagus), sampe berkelit dari siraman air dan hampir jatuh dari venue fotografer. Semua itu demi mendokumentasikan ajang budaya tahunan, omed-omedan... Peserta Omed-omedan yang kaget ngeliat pria yang akan menjadi pasangannya... Ekspresinya dapet ya... Akhirnya beradu juga, hehehe... Sayang anak muda dari luar Banjar Kaja ga bole ikut.. Pas mereka bergulat, panggung fotografer sudah mengeluarkan bunyi "kriak" tanda mau roboh, tapi untung ga kejadian. Biar seru, sebelum beraksi para peserta disiram dulu... hehe... Jadi ceritanya, tradisi omed-omedan ini bermula dari sepasang babi yang sedang bergulat asmara di wilayah Banjar Kaja. Sejak itu musibah penyakit yang melanda seketika hilang. Dan akhirnya petinggi Banjar Kaja pun diundang untuk beraksi di tradisi omed-omedan...

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban...