Langsung ke konten utama

Kampanye Pemilu

Fuhh... entah kenapa begitu mendengar kata kampanye hati saya jadi tidak senang untuk membicarakan ini. Tapi bukan blogger namanya kalo hal2 yg tidak disenangi tidak dimasukkan kedalam blognya.

Ok, sebelumnya saya minta maaf karena lama vakum dan tidak memposting tulisan baru. Tidak lain karena sesuatu dan lain hal terutama kesibukan kantor. Kembali lagi ke kampanye pemilu. Entah kenapa model kampanye pemilu di Indonesia tidak berubah-berubah dari jaman saya kecil hingga jaman saya dewasa sekarang. Kesan pertama yang ditimbulkan adalah satu, menyeramkan (kayak horor saja). Saya bilang menyeramkan ya karena memang seram,hahaha... Lihat saja orang-orang besar dengan kaca mata hitamnya naik jeep berkonvoi di sepanjang jalan raya lengkap dengan atribut partai yang diusungnya. Orang-orang seperti ini juga sering terlihat di arena kampanye seakan menjadi pengaman dari jalannya kampanye. Belum lagi perkelahian antar pengurus parpol dalam pembukaan kampanye yang katanya kampanye damai di Jakarta. Alasannya sederhana, berebutan untuk menyampaikan orasi...
Wah kalau yang satu ini, saya paling tidak suka. Banyak omong, banyak tingkah, tanpa ada memberikan kontribusi apa-apa ke masyarakat.

Kampanye kita harus diubah polanya. Pengerahan massa besar-besaran harus dibatasi. Ga cuman pengerahan massa, parpolpun harusnya dibatasi jumlahnya. Jangan seperti sekarang, ga kebayang dah besarnya kertas suara saat pemilu nanti. Memang sih setiap rakyat punya hak berpolitik. Tapi apakah setiap rakyat juga bisa membuat partai politik. Kembali ke pola kampanye, harusnya kampanye kita sekarang lebih banyak menggunakan media, seperti televisi, radio, koran atau internet. Biar caleg dan capres kita dijejali pertanyaan oleh para moderator atau pembawa acara berita TV yg terkenal memiliki lidah setajam silet.... Dari sana kita akan tahu, calon pemimpin mana yg punya visi misi jelas dan tahan banting, serta calon pemimpin mana yg cuma cari duit dan selalu mangkir ketika sidang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban

Sedikit Kesan Mengenai Singapura

Yaaah, hari itu Jumat 28 September 2012 mungkin hari bersejarah buatku karena hari ini aku pertama kali melakukan perjalanan keluar Indonesia, ya... keluar negeri tepatnya ke negeri singa, tapi tidak ada binatang endemik singa disana, atau mungkin ada tapi sudah punah....Ya, Singapura... Terminal keberangkatan international Airport Ngurah Rai pun baru kali ini kujejakkan, setelah berpuluh2 kali airport ini kudatangi. Sedikit cemas, karena ketika orang lain liburan keluar negeri pertama kali mengajak rombongan atau pasangan, kali ini saya seorang diri walaupun nantinya di Singapura saya bertemu rekan2 kantor baru disana, ya kantor baru dengan orang2 yang mayoritas belum kukenal. Setelah proses yang semuanya baru kulewati, sampailah aku di Singapura. Kesan pertama biasa saja, termasuk ketika aku masuk terminal airport ini. Banyak orang mengatakan bagus atau mewah, bagiku biasa saja. Bukan termasuk sombong, tapi karena kemewahan bukan jadi interestku untuk memberikan kesan sebuah temp

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang