Langsung ke konten utama

Sanur Village Festival, Pesta Tradisi Bercitarasa Internasional

Tanggal 18 s/d 22 November kemarin begitu spesial bagi warga Kota Denpasar karena di pesisir pantai Sanur diadakan sebuah event yang penyelenggaraannya memasuki tahun ke-6, apalagi kalau bukan Sanur Village Festival (SVF) atau biasa disingkat Sanfest. Lebih spesial lagi, karena di event yang sama bergabung pula sebuah event berskala nasional yaitu Pekan Flora dan Flori Nasional (PF2N) yang merupakan pameran produk hortikultura unggulan dari tiap-tiap propinsi di Indonesia. Hal spesial lainnya adalah dipindahnya lokasi penyelenggaraan event dari yang sebelumnya di areal Inna Grand Bali Beach Hotel, ke arah utara yaitu di pinggir pantai Matahari Terbit dengan areal yang jauh lebih luas yaitu 9 hektar. Materi festival sebenarnya tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya dimana ada performance dari musisi tradisional dan modern di main stage, kuliner, village cycling, lomba dan pameran foto, parade budaya, coral plantation, yoga dan beberapa kegiatan lainnya. Tiap hari ribuan pengunjung memadati areal Sanfest dengan berbagai tujuan seperti melihat pameran flora-flori, parade budaya, menikmati sajian kuliner, hunting foto dan menonton performance artis-artis idola. Tahun ini beberapa artis nasional turut menyemarakkan event Sanfest seperti Nugie dan juga musisi-musisi lokal macam Ayu Laksmi, Gus Teja World Music dan Tude and Friends. Seniman-seniman tradisionalpun diberi kesempatan dalam menunjukkan kebolehannya seperti salah satu Sekaa Gong Kebyar di Desa Adat Sanur. Masing-masing punya tujuan, berbaur dalam ruang publik yang hangat sambil menyapa satu sama lain. Tidak hanya warga lokal, wisatawan mancanegarapun berbaur untuk menikmati suasana hangat di Pesta Tradisi Bercitarasa Internasional, Sanur Village Festival... Sampai jumpa di Sanfest tahun depan.

Penampilan Gus Teja World Music di main stage Sanfest
Fashion Show Kebaya dengan Kain Endek Khas Bali

Komentar

Wayanyasa mengatakan…
semoga event ini terus bisa dilaksanakan sampai ayat di kandung badan en bisa membuka mata dunia lebih lebar bagaimana sesungguhnya keaneka ragaman budaya yg ada di pulau seribu pura....

men men tabanan ape tampil ne dugas event ne pak de?..hee.hee..#orangtabananbertanya
Made Ari Putranta mengatakan…
yang ditampilkan tabanan adalah data tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman di lumbung berasnya Bali #tanyakebueka

Postingan populer dari blog ini

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang...

Omed-Omedan

Seru banget sewaktu hunting foto omed-omedan di Sesetan. Mulai dari cari lokasi motret (ngaku jadi mahasiswa ISI, biar dapet posisi bagus), sampe berkelit dari siraman air dan hampir jatuh dari venue fotografer. Semua itu demi mendokumentasikan ajang budaya tahunan, omed-omedan... Peserta Omed-omedan yang kaget ngeliat pria yang akan menjadi pasangannya... Ekspresinya dapet ya... Akhirnya beradu juga, hehehe... Sayang anak muda dari luar Banjar Kaja ga bole ikut.. Pas mereka bergulat, panggung fotografer sudah mengeluarkan bunyi "kriak" tanda mau roboh, tapi untung ga kejadian. Biar seru, sebelum beraksi para peserta disiram dulu... hehe... Jadi ceritanya, tradisi omed-omedan ini bermula dari sepasang babi yang sedang bergulat asmara di wilayah Banjar Kaja. Sejak itu musibah penyakit yang melanda seketika hilang. Dan akhirnya petinggi Banjar Kaja pun diundang untuk beraksi di tradisi omed-omedan...

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban...