Langsung ke konten utama

Kau Cantik Hari Ini...

Entah karena apa, mungkin kebetulan atau tidak, saya termasuk tipe orang yang tidak mengikuti perkembangan musik, baik nasional apalagi mancanegara. Seringkali ketika saya menyukai suatu lagu, sering ditertawakan oleh orang lain, teman2 terutama adik. Gimana ga ditertawakan, lagu yang saya suka adalah lagu yang sering tidak hit saat ini. Bukan tergolong lagu jadul alias jaman dulu, tapi ya sedang tidak in aja saat-saat ini, hahaha memang aneh. Tapi itulah saya, PD aja lagi....

Sekarang, saya lagi tergila-gila dengan sebuah lagu, lagi-lagi bukan lagu jadul, cuman ya itu tadi, sedang tidak in. "Kau Cantik Hari Ini" , judul lagunya. Terserah anda, mau bilang lagu ini jadul atau tidak in, atau malah menjadi geng dari adik saya dengan mentertawakan saya, hahaha. Yang jelas saya lagi menyukai lagu dari Lobow ini. Liriknya, musiknya semuanya sangat-sangat simpel. Tapi lagu ini punya karakter, dan ciri khas dalam penyampaian isinya. Isinya menceritakan tentang seorang pria yang sedang tergila-gila pada wanita yg dulu disukainya dan saat ini kembali dihadapannya. Dan "Kau Cantik Hari Ini" merupakan ungkapan yang ingin disampaikan lewat lagu yang begitu simpel tapi, wah sulit diceritakan....

Memang saat ini saya lagi deket sama seorang wanita, simpel juga, teman lama dan baru sekarang saya menemukan kecantikan dalam dirinya... Mungkin karena situasi ini yang bikin saya suka sama lagu ini... Hahahaha, mau tahu kelanjutannya, tunggu di postingan saya berikutnya di blog ini.

Denpasar, 14 Januari 2009

Komentar

Mrs.Putyi mengatakan…
Ciyeee ada yang lagi jatuh cinta nih...

Jatuh cinta itu indaaahh...jangan kau takut jatuh cinta...

Postingan populer dari blog ini

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang...

Omed-Omedan

Seru banget sewaktu hunting foto omed-omedan di Sesetan. Mulai dari cari lokasi motret (ngaku jadi mahasiswa ISI, biar dapet posisi bagus), sampe berkelit dari siraman air dan hampir jatuh dari venue fotografer. Semua itu demi mendokumentasikan ajang budaya tahunan, omed-omedan... Peserta Omed-omedan yang kaget ngeliat pria yang akan menjadi pasangannya... Ekspresinya dapet ya... Akhirnya beradu juga, hehehe... Sayang anak muda dari luar Banjar Kaja ga bole ikut.. Pas mereka bergulat, panggung fotografer sudah mengeluarkan bunyi "kriak" tanda mau roboh, tapi untung ga kejadian. Biar seru, sebelum beraksi para peserta disiram dulu... hehe... Jadi ceritanya, tradisi omed-omedan ini bermula dari sepasang babi yang sedang bergulat asmara di wilayah Banjar Kaja. Sejak itu musibah penyakit yang melanda seketika hilang. Dan akhirnya petinggi Banjar Kaja pun diundang untuk beraksi di tradisi omed-omedan...

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban...