Langsung ke konten utama

Pemusnahan Suatu Peradaban

Kali ini saya mengangkat tema tentang budaya, khusunya di Indonesia tercinta. Sub temanya adalah tentang penghancura suatu peradaban. Dan objeknya adalah peradaban Majapahit. Saya dengar saat ini di Trowulan sedang dibangun sebuah proyen yang bertujuan untuk mengeksplorasi Kerajaan Majapahit dengan membuat semacam museum pembelajaran. Anehnya, proyek ini justru dianggap menghancurkan sisa-sisa peradaban Kerajaan Majaphit.

Sebenarnya jauh-jauh hari sebelum proyek ini dilaksanakan, sudah terdengar kabar bahwa masyarakat di sekitar Trowulan dan daerah lainnya banyak memanfaatkan sisa-sisa bangunan dari Kerajaan Majapahit untuk keperluan pribadi, diantaranya untuk fondasi rumah, tembok, bahkan tungku dapur. Anehnya pemerintah setempat justru membiarkan hal ini terjadi.

Jika kita ingat pelajaran sejarah dulu, Majapahit mungkin satu-satunya kerajaan di Nusantara yang bisa membuat kita bangga. Wilayahnya saat itu lebih luas dibandingkan wilayah Indonesia saat ini, dimana semenanjung Melayu (Malaysia, Thailand,Kamboja dll) juga menjadi wilayah kekuasaanya. Bahkan saya pernah mendengar bahwa Pulau Madagascar di Afrika juga termasuk daerah jajahan Kerajaan Majapahit. Dengan daerah kekuasaan sebesar itu, bisa dipastikan Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan paling berpengaruh di dunia saat itu.

Tetapi realitanya kini, kita sebagai generasi penerus bangsa, bukannya menghormati jasa-jasa leluhur kita melalui Kerajaan Majapahit dengan melestarikan peninggalannya, tetapi malahan merusaknya. Sungguh keji memang. Dan tindakan-tindakan serupa tidak terjadi di Trowulan ataupun daerah sekitarnya, tapi juga terjadi di daerah-daerah lain dengan menghancurkan arca-arca, bahkan sampai menjual patung-patung dan arca-arca pemujaan zaman dulu ke kolektor luar negeri. Ini merupakan suatu pemusnahan peradaban, dan peradaban itu adalah peradaban asli kita sendiri, peninggalan leluhur-leluhur kita. Dan tindakan pemusnahan peradaban juga merupakan pemusnahan terhadap jati diri kita sebagai sebuah bangsa...

Anehnya, tindakan pemusnahan peradaban asli Indonesia ini dibarengi dengan pengagungan peradaban luar Indonesia diantaranya barat (Amerika) ataupun timur tengah (Arab). Fenomena saat ini yang terjadi di Indonesia adalah seperti itu... So, mari kita sadar bahwa kita adalah Indonesia, bukan Amerika apalagi Arab Saudi. Kita Indonesia, dan kita punya budaya dan style sendiri yaitu Indonesia, dan Indonesia. Sekali Indonesia tetap Indonesia. Niscaya jika kita mengembangkan dan bangga akan jati diri asli Indonesia,negara kita akan punya kepribadian dan maju sebagai negara berpengaruh di dunia seperti halnya Kerajaan Majapahit di zaman dulu.

Denpasar, 07 Januari 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patung Catur Muka

Sebagian besar masyarakat Kota Denpasar pasti sudah tahu tentang patung Catur Muka. Yak, patung berkepala empat ini terletak di perempatan agung Kota Denpasar, dan sekaligus menjadi titik nol dari kota yang mengusung konsep kota budaya ini. Tapi tidak banyak yang tahu mengenai sejarah dan arti dari patung ini, dan tulisan di blog saya kali ini semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama. Patung Catur Muka yang berdiri diatas bunga teratai adalah reinkarnasi dari Sang Hyang Guru dalam bentuk perwujudan Catur Gophala. Dengan mengambil perwujudan empat muka adalah simbolis pemegang kekuasaan pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya. Catur Gophala memegang aksamala/genitri yang bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra berarti siapapun yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang...

Omed-Omedan

Seru banget sewaktu hunting foto omed-omedan di Sesetan. Mulai dari cari lokasi motret (ngaku jadi mahasiswa ISI, biar dapet posisi bagus), sampe berkelit dari siraman air dan hampir jatuh dari venue fotografer. Semua itu demi mendokumentasikan ajang budaya tahunan, omed-omedan... Peserta Omed-omedan yang kaget ngeliat pria yang akan menjadi pasangannya... Ekspresinya dapet ya... Akhirnya beradu juga, hehehe... Sayang anak muda dari luar Banjar Kaja ga bole ikut.. Pas mereka bergulat, panggung fotografer sudah mengeluarkan bunyi "kriak" tanda mau roboh, tapi untung ga kejadian. Biar seru, sebelum beraksi para peserta disiram dulu... hehe... Jadi ceritanya, tradisi omed-omedan ini bermula dari sepasang babi yang sedang bergulat asmara di wilayah Banjar Kaja. Sejak itu musibah penyakit yang melanda seketika hilang. Dan akhirnya petinggi Banjar Kaja pun diundang untuk beraksi di tradisi omed-omedan...

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban...