Langsung ke konten utama

Who Move My Cheese?

Who Move My Cheese?

Dulu sewaktu di perusahaan lama, saya dipinjamkan buku yg judulnya seperti diatas oleh atasan saya. Bukunya simple, tapi isinya ga sesimple bukunya.... Isinya tentang 2 ekor tikus dan 2 kurcaci yang memperebutkan keju dengan karakternya masing2x.. Sungguh sangat terkesan, dan saya kira keempat karakter yang ada di buku ada dalam diri kita masing-masing (untuk tahu karakternya apa aja, baca aja bukunya). Tergantung kita mau milih yang mana... Tapi kalau mau survive di kehidupan ini, kita harus milih karakter yang mau bekerja, berinovasi dan tidak menunggu perubahan nasib. Itulah yang saya lakukan di kantor saya yang dulu. Karena saya melihat tidak ada perubahan berarti selama bekerja disana, saya harus mencari jalan lain dalam satu labirin yang bernama kehidupan untuk mencari keju yg baru yg bisa memenuhi ambisi saya. Itulah hidup, dan jangan pernah menyesal terlalu jauh jika kita sudah menentukan pilihan. Karena menentukan sebuah pilihan jauh lebih berarti ketimbang bimbang pada beragam pilihan yang ada..

Komentar

look'round mengatakan…
mmmmmmmmmmmmm.....
rik , tadinya aku dah mau kirim komen ke blog.mu..

bhubung aku lum tdftar, so komenku ilang...
ku harus ulang dr awal dan aku cupaek buanget ngtiknya.
kwkkwwkkwkw....


inti2 ne gen nah bli...
lumayan...
1 1/2 jempol deh buat kamu..

Postingan populer dari blog ini

Lontar, Kekayaan Intelektual Manusia Bali (Kisah Menyelamatkan Lontar Keluarga) part 1

Hari itu, minggu 13 Januari 2013 bertepatan dengan moment Banyu Pinaruh selepas perayaan Saraswati kemarin, mendadak aku ingin ke Merajan Gede. Bukan untuk bersembahyang, karena aku termasuk orang yang bisa dibilang tidak sering2 amat untuk bersembahyang belakangan ini, tetapi untuk maksud melihat benda-benda pusaka warisan leluhur, terutama lontar. Kusapa Pemangku Merajan yang sedang membersihkan areal merajan dan segera kuutarakan maksud kedatanganku untuk melihat lontar-lontar merajan yang selama ini hanya kudengar dari ibuku. Respon positif kudapatkan, dan segera aku diajak untuk memasuki sebuah ruangan di sebelah utara areal merajanku. Memasuki ruangan, terus terang aku terkesima dengan keberadaan benda-benda pusaka yang dimikili oleh merajanku. Kulihat sebuah tongkat dan beberapa keris yang terlihat berumur cukup tua. Fokusku langsung mencari keberadaan lontar dan pandanganku akhirnya tertuju pada sebuah kotak kayu tua berwarna coklat kehitaman dan dibeberapa bagiannya berluban...

Sedikit Kesan Mengenai Singapura

Yaaah, hari itu Jumat 28 September 2012 mungkin hari bersejarah buatku karena hari ini aku pertama kali melakukan perjalanan keluar Indonesia, ya... keluar negeri tepatnya ke negeri singa, tapi tidak ada binatang endemik singa disana, atau mungkin ada tapi sudah punah....Ya, Singapura... Terminal keberangkatan international Airport Ngurah Rai pun baru kali ini kujejakkan, setelah berpuluh2 kali airport ini kudatangi. Sedikit cemas, karena ketika orang lain liburan keluar negeri pertama kali mengajak rombongan atau pasangan, kali ini saya seorang diri walaupun nantinya di Singapura saya bertemu rekan2 kantor baru disana, ya kantor baru dengan orang2 yang mayoritas belum kukenal. Setelah proses yang semuanya baru kulewati, sampailah aku di Singapura. Kesan pertama biasa saja, termasuk ketika aku masuk terminal airport ini. Banyak orang mengatakan bagus atau mewah, bagiku biasa saja. Bukan termasuk sombong, tapi karena kemewahan bukan jadi interestku untuk memberikan kesan sebuah ...

Cerita Mengenalkan Musik Etnik Bali di Jakarta

Siang itu, situasi sangat genting. Mobil katana biru yang kutumpangi terjebak macet di jalan raya kuta komplit dengan hujan deras yang mengguyur sejak pagi. Suasana hati semakin galau ketika kulihat jam tangan menunjukkan pukul 14.20, sementara pesawatku boarding pukul 15.00... Arghhh, mudah2an nanti flightnya delay karena cuaca buruk... Jarak tempuh yang tinggal sedikit tiba2 menjadi sangat lama karena kulihat antrian kendaraan yang mengular di pintu masuk Bandara Ngurah Rai... Kulihat jam tangan, waktu boarding tinggal 20 menit. Dengan sabar dan sedikit akrobat dalam menyetir akhirnya aku berlarian menuju terminal keberangkatan, dan arrrgggghhhh.... ternyata flight yang kutumpangi kali ini disiplin alias tidak delay. Monitor yang tergantungg itu menunjukkan kalau flightku sudah boarding, ssstttt tetapi belum final call, mudah2an masih ada harapan untuk bisa ikut flight ini. Tapi harapan itu sirna ketika petugas check in maskapaiku dengan ramah menyebutkan bahwa aku tidak bisa ikut fl...